Sabtu, 20 Oktober 2012

“Akhwat Modis” Agar engkau lebih cantik

ü  Astaghfirullahal’azhim, saya coba memohon ampun sedini mungkin, karena sangat takut mengawali & berpayah-payah diri pada sesuatu yang sebenarnya sia-sia. Izinkanlah saya menyibukkan hati untuk meluruskan niat yang sering terbelok dan ternodai, karena niat yang mengawali sesuatunya adalah utama.
“ Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Barang siapa hijrahnya menuju Allah dan RasulNya, ia akan sampai kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrahnya menuju dunia yang akan diperolehnya atau menuju wanita yang akan dinikahinya, ia akan akan mendapatkan apa yang dituju”. (Muttafaq ‘alaihi, dari Umar rhadiyallahu ‘Anhu)
ü  Dan sekarang, ketika nafasku tinggal satu-satu dan nyawaku tercekat dikerongkongan, aku sadar andai saja aku mau mengubah diriku. Karena ternyata, dalam dunia ini hanya ada 3 masalah besar bagiku yaitu: I, Iam & Me.
ü  Saya mulai belajar untuk tidak lekas menilai seseorang dari warna pakaiannya yang memudar, kerudungnya yang kelihatan kumal...
Sesungguhnya, didasar laut yang gelap, niscaya ada putihnya mutiara yang berkilauan indah.
ü  Sahabat, bersahabatlah karena Allah saja. Sehingga aktivitas kita berada dalam selimut rahmatNya. Saling mengenal dan menolong dalam kebaikan, berkorban dan saling menyayangi, saling memberi hadiah dan menasehati.
Bergabunglah dalam lingkaran-lingkaran persahabatan yang tak lelah dan setia pada seruan Rabb mereka, yang tak henti saling bergandengan dalam kesabaran dan keshalihan.
ü  Ketika diri ini tertatih, terguncang
Terayun, tersedot dalam pusaran hati
Hingga terasa berdiri tanpa kaki
Namun tangan ini tetap mengayuh menuju maghligaiMu
ü  Kitalah yang tau desir apa dibalik detak jantung ini. Janganlah pernah lelah untuk meluruskan yang bengkok untuk kembali lurus menghadap wajah Allah. Hanya untuk Allah kita melakukan setiap hal. Allah tidak menginginkan seorang muslimah menjadi tontonan berjalan dan cantik karena riasan. Namun, Allah ingin memberi cahaya penjagaan diri dengan pakaian ini dan semoga orang lain pun bisa merasakan kehangatan indahnya.
ü  Jangan lelah memuliakan dirimu. Bukan untuk dia, juga bukan untuk dirimu sendiri. Tapi semata hanya untuk Rabb-Mu. Sungguh, itu bagian dari tarbiyah dengan cara yang berbeda. Dan Maha Benar Allah, lelaki mulia itu akan datang atas nama kemuliaan pernikahan. Tanpa perlu kau teriaki, dia telah mendengar dengan kesediaan tertinggi akan seruan lembut TuhanNya, yang disampaikan kepada hamba terkasih dan utusanNya.
ü  Begitu banya yang mesti saya syukuri, begitu banyak yang bisa saya lakukan, begitu banyak yang bisa saya bagi, begitu banyak yang bisa saya perbaiki kalau saya hanya percaya kepada Allah, bukan pada cara saya berpikir/kebanyakan orang berpikir. Tujuan hidup saya menjadi jelas, jalan hidup yang akan saya rentas pun tidak lagi samar dan saya tau bagaimana jalannya. Ad-dienul Islam, ajaran mulia yang menawarkan asinnya hati, yang mengobati sakitnya jiwa. Dan saya tau, saya, Anda dan setiap muslim yang taat, berharga dimataNya, bagaimanapun dunia memandangnya.
ü  Jangan pedulikan orang-orang yang selalu berbicara meninggikan/merendahkan orang lain berdasar tampilan lahiriah, terlebih bila yang dijadikan objek perbincangan adalah dirimu. Sungguh, itu ujian yang dihembuskan syaitan agar kau tidak menyukai hidupmu dan tidak mensyukuri pada apa yang Allah tetapkan. Dan pandangan Allah adalah segala-galanya. Dia yang mengasihi hambaNya, bagaimanapun bentuk wajahmu. Dia yang selalu memberi kenikmatan, walau kita selalu merasa kekurangan dan mengeluhkan kebijaksanaanNya. Dia yang menyayangi hambaNya dengan segala bentuk penciptaanNya, walau kita kebanyakan manusia yang sering tidak mengerti bahasa kasih sayangNya.
ü  Kadang sedih mendera, bukan artinya Allah tidak syang pada kita. Dia sangat rindu pada hamba-hambaNya untuk mendekat padaNya, untuk bersimpuh didepanNya, untuk kembali kepada cintaNya J
ü  Sungguh dengan syukurnya Allah telah memberikan nikmat lain yang begitu besar dan begitu berharga: Kebahagiaan. Emas seberat gunung Uhud pun belum tentu bisa membelinya. “Jika kamu pandai bersyukur kepada-Ku, aku akan tambahkan nikmat-nikmat kepadamu...” (QS. Ibrahim:7)
ü  Masalah yang mendasar sebenarnya adalah kebiasaan membandingkan. Ketika dibandingkan dengan orang lain, jelas akan ada pihak yang kalah dan ada yang menang. Bila kita telah punya pendapat jelek terhadap diri sendiri, tentu saja kitalah pihak yang selalu kalah. Padahal, kita unik dengan semua kelebihan dan kekurangan. Lagipula, mengapa harus membandingkan ?
Hidup ini bukanlah pertandingan. Yang terpenting adalah seberapa keras kita berusaha dengan apa yang kita punya. Bila kita bersyukur, percayalah, hidup akan menjadi lebih menyenangkan. Tidak masalah apapun itu kenyataannya, sebanyak apapun yang orang lain miliki atau bagaimanapun orang memperlakukan kita. Dengarkanlah Allah menghibur dengan kalimat sayangNya:
“Dan janganlah kamu merasa lemah, jangan pula bersedih hati. Sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang yang beriman.” (QS Ali Imran:139)
ü  Dengan kerendahan hati, aku mohon tunjuki arah jalanMu. Biarkan aku menjadi bagian yang menegakkannya, seletih apapun itu. Jangan biarkan gerak-gerak kecewa hembusan setan meluluhlantakkan secabik iman. Kuatkan aku untuk terus berjalan dengan telapak berdarah, namun dengan mata terbuka agar selalu kulihat keindahan kasih sayangMu. Pada tiap tetes duka, tiap sayat rindu, tiap lara sendu, tiap perih sepi, aku tau Engkau punya semua jawabannya. Maka, ajarilah aku untuk mengerti bahasaMu.
ü  Bila nanti ada saatnya akan hanya ada satu orang yang bertahan dalam kesendirian menekuri kalimatMu, bersabar dikesepian jalanMu, ketika dunia menganggap ia dan mimpinya adalah pasangan gila sejati, maka izinkanlah orang itu aku.
ü  Dan tolong sampaikan duhai Rabb yang menguasai hamba-hambaNya, slamku kepada musafir-musafir pejuang agamaMu yang bergerak dengan sunyi, yang beramal sepi, yang kokoh dalam hancurnya hati, yang terus memberi tanpa henti. Merekalah manusia-manusia terpilih yang takkan Kau biarkan sendiri. Laa takhaf wa laa tahzam !
Jangan takut dan jangan bersedih. Sungguh, ada Allah, kepadanya kita berharap dan Dialah sahabat yang selalu dekat.

Syukran jazakumullah khairan.
Semoga Allah membalasnya dengan lebih indah.
Novel by: Martina Rahmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar