ü
Astaghfirullahal’azhim,
saya coba memohon ampun sedini mungkin, karena sangat takut mengawali &
berpayah-payah diri pada sesuatu yang sebenarnya sia-sia. Izinkanlah saya
menyibukkan hati untuk meluruskan niat yang sering terbelok dan ternodai,
karena niat yang mengawali sesuatunya adalah utama.
“
Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi
setiap orang apa yang ia niatkan. Barang siapa hijrahnya menuju Allah dan RasulNya,
ia akan sampai kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrahnya menuju dunia
yang akan diperolehnya atau menuju wanita yang akan dinikahinya, ia akan akan
mendapatkan apa yang dituju”. (Muttafaq ‘alaihi, dari Umar rhadiyallahu ‘Anhu)
ü
Dan
sekarang, ketika nafasku tinggal satu-satu dan nyawaku tercekat dikerongkongan,
aku sadar andai saja aku mau mengubah diriku. Karena ternyata, dalam dunia ini
hanya ada 3 masalah besar bagiku yaitu: I, Iam & Me.
ü
Saya
mulai belajar untuk tidak lekas menilai seseorang dari warna pakaiannya yang
memudar, kerudungnya yang kelihatan kumal...
Sesungguhnya,
didasar laut yang gelap, niscaya ada putihnya mutiara yang berkilauan indah.
ü
Sahabat,
bersahabatlah karena Allah saja. Sehingga aktivitas kita berada dalam selimut
rahmatNya. Saling mengenal dan menolong dalam kebaikan, berkorban dan saling
menyayangi, saling memberi hadiah dan menasehati.
Bergabunglah
dalam lingkaran-lingkaran persahabatan yang tak lelah dan setia pada seruan
Rabb mereka, yang tak henti saling bergandengan dalam kesabaran dan keshalihan.
ü
Ketika
diri ini tertatih, terguncang
Terayun,
tersedot dalam pusaran hati
Hingga
terasa berdiri tanpa kaki
Namun
tangan ini tetap mengayuh menuju maghligaiMu
ü
Kitalah
yang tau desir apa dibalik detak jantung ini. Janganlah pernah lelah untuk
meluruskan yang bengkok untuk kembali lurus menghadap wajah Allah. Hanya untuk
Allah kita melakukan setiap hal. Allah tidak menginginkan seorang muslimah
menjadi tontonan berjalan dan cantik karena riasan. Namun, Allah ingin memberi
cahaya penjagaan diri dengan pakaian ini dan semoga orang lain pun bisa
merasakan kehangatan indahnya.
ü
Jangan
lelah memuliakan dirimu. Bukan untuk dia, juga bukan untuk dirimu sendiri. Tapi
semata hanya untuk Rabb-Mu. Sungguh, itu bagian dari tarbiyah dengan cara yang
berbeda. Dan Maha Benar Allah, lelaki mulia itu akan datang atas nama kemuliaan
pernikahan. Tanpa perlu kau teriaki, dia telah mendengar dengan kesediaan
tertinggi akan seruan lembut TuhanNya, yang disampaikan kepada hamba terkasih
dan utusanNya.
ü
Begitu
banya yang mesti saya syukuri, begitu banyak yang bisa saya lakukan, begitu
banyak yang bisa saya bagi, begitu banyak yang bisa saya perbaiki kalau saya
hanya percaya kepada Allah, bukan pada cara saya berpikir/kebanyakan orang
berpikir. Tujuan hidup saya menjadi jelas, jalan hidup yang akan saya rentas
pun tidak lagi samar dan saya tau bagaimana jalannya. Ad-dienul Islam, ajaran
mulia yang menawarkan asinnya hati, yang mengobati sakitnya jiwa. Dan saya tau,
saya, Anda dan setiap muslim yang taat, berharga dimataNya, bagaimanapun dunia
memandangnya.
ü
Jangan
pedulikan orang-orang yang selalu berbicara meninggikan/merendahkan orang lain
berdasar tampilan lahiriah, terlebih bila yang dijadikan objek perbincangan
adalah dirimu. Sungguh, itu ujian yang dihembuskan syaitan agar kau tidak
menyukai hidupmu dan tidak mensyukuri pada apa yang Allah tetapkan. Dan
pandangan Allah adalah segala-galanya. Dia yang mengasihi hambaNya,
bagaimanapun bentuk wajahmu. Dia yang selalu memberi kenikmatan, walau kita
selalu merasa kekurangan dan mengeluhkan kebijaksanaanNya. Dia yang menyayangi
hambaNya dengan segala bentuk penciptaanNya, walau kita kebanyakan manusia yang
sering tidak mengerti bahasa kasih sayangNya.
ü
Kadang
sedih mendera, bukan artinya Allah tidak syang pada kita. Dia sangat rindu pada
hamba-hambaNya untuk mendekat padaNya, untuk bersimpuh didepanNya, untuk
kembali kepada cintaNya J
ü
Sungguh
dengan syukurnya Allah telah memberikan nikmat lain yang begitu besar dan
begitu berharga: Kebahagiaan. Emas seberat gunung Uhud pun belum tentu bisa
membelinya. “Jika kamu pandai bersyukur kepada-Ku, aku akan tambahkan nikmat-nikmat
kepadamu...” (QS. Ibrahim:7)
ü
Masalah
yang mendasar sebenarnya adalah kebiasaan membandingkan. Ketika dibandingkan
dengan orang lain, jelas akan ada pihak yang kalah dan ada yang menang. Bila
kita telah punya pendapat jelek terhadap diri sendiri, tentu saja kitalah pihak
yang selalu kalah. Padahal, kita unik dengan semua kelebihan dan kekurangan.
Lagipula, mengapa harus membandingkan ?
Hidup
ini bukanlah pertandingan. Yang terpenting adalah seberapa keras kita berusaha
dengan apa yang kita punya. Bila kita bersyukur, percayalah, hidup akan menjadi
lebih menyenangkan. Tidak masalah apapun itu kenyataannya, sebanyak apapun yang
orang lain miliki atau bagaimanapun orang memperlakukan kita. Dengarkanlah
Allah menghibur dengan kalimat sayangNya:
“Dan
janganlah kamu merasa lemah, jangan pula bersedih hati. Sebab kamu paling
tinggi derajatnya, jika kamu orang yang beriman.” (QS Ali Imran:139)
ü
Dengan
kerendahan hati, aku mohon tunjuki arah jalanMu. Biarkan aku menjadi bagian
yang menegakkannya, seletih apapun itu. Jangan biarkan gerak-gerak kecewa
hembusan setan meluluhlantakkan secabik iman. Kuatkan aku untuk terus berjalan
dengan telapak berdarah, namun dengan mata terbuka agar selalu kulihat
keindahan kasih sayangMu. Pada tiap tetes duka, tiap sayat rindu, tiap lara
sendu, tiap perih sepi, aku tau Engkau punya semua jawabannya. Maka, ajarilah
aku untuk mengerti bahasaMu.
ü
Bila
nanti ada saatnya akan hanya ada satu orang yang bertahan dalam kesendirian
menekuri kalimatMu, bersabar dikesepian jalanMu, ketika dunia menganggap ia dan
mimpinya adalah pasangan gila sejati, maka izinkanlah orang itu aku.
ü
Dan
tolong sampaikan duhai Rabb yang menguasai hamba-hambaNya, slamku kepada
musafir-musafir pejuang agamaMu yang bergerak dengan sunyi, yang beramal sepi,
yang kokoh dalam hancurnya hati, yang terus memberi tanpa henti. Merekalah
manusia-manusia terpilih yang takkan Kau biarkan sendiri. Laa takhaf wa laa
tahzam !
Jangan
takut dan jangan bersedih. Sungguh, ada Allah, kepadanya kita berharap dan
Dialah sahabat yang selalu dekat.
Syukran
jazakumullah khairan.
Semoga
Allah membalasnya dengan lebih indah.
Novel by: Martina Rahmi